Dengan mempengaruhi seseorang, akan muncul semacam tekanan untuk mempercayai produk atau program yang ditawarkan.
Foto: terme.krka.si |
Yaitu etika saling menghargai atau resiprositas,konsistensi, nilai sosial bersama, kecenderungan meniru. Kepercayaan pada otoritas, serta kepercayaan pada informasi dan pengetahuan. Disitu disebutkan para ahli terutama, memusatkan perhatian pada tema etika saling menghargai satu dengan lainnya atau resiprositas serta kepercayaan pada otoritas. Kedua faktor kunci itu memainkan peranan cukup besar dalam psikologi massa.
Misalnya contoh kasus dari perhimpunan cacat veteran AS. Perhimpunan orang cacat korban perang ini melaporkan bila mereka hanya mengirimkan surat permintaan derma kepada warga hanya kurang dari 20% yang menanggapi surat tersebut. Tetapi jika suratnya dilampiri hadiah kecil, misalnya stiker nama dan alamat pribadi penerima surat, jumlah tanggapan naik menjadi lebih dari 50%.
Para pengurus perhimpunan cacat veteran lalu memanfaatkan faktor kunci saling menghargai. Sebab terbukti dalam seluruh kebudayaan umat manusia di muka bumi ini berlaku norma universal jika diberi harus balas memberi. Jadi jika kita diberi hadiah kita juga harus membalasnya. Apapun bentuk dan caranya. Para peneliti menduga perilaku ini ada kaitannya dengan tekanan seleksi evolusi yang membentuk kelompok sosial baik binatang maupun manusia. Jika kita diberi hadiah walaupun tidak mengharapkan akan timbul semacam tekanan perasaan untuk membalasnya. Perasaan sosial semacam inilah yang digunakan oleh para penjual yang cerdik untuk mendongkrak penjualannya.
Imam Musbikin memberi contoh penjual makanan yang menyertakan contoh produk untuk dicicipi tanpa harus membayar. Atau studio fitnes yang menawarkan latihan percobaan selama beberapa hari tanpa harus membayar.
Dengan begitu konsumen secara psikologis terjerat pada semacam utang maya. Dengan cara itu pula perusahaan farmasi mempengaruhi para dokter untuk menuliskan produk perusahaan tersebut pada resep pasien si dokter.
0 comments:
Post a Comment